WATAMPONE, KARYA RAKYATKU.Com. Pupus harapan Asdar setelah melakukan negoisasi antara pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pancaitana Kabupaten Bone Sulawesi Selatan untuk memulangkan bayinya yang meninggal di Rumah Sakit tersebut.
Dimana Asdar ingin sekali menggunakan Ambulance RSUD Pancaitana untuk memulangkan bayinya ke Lappa Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.
Asdar melakukan negoisasi pembayaran, dimana pihak RSUD Pancaitana mematok harga Rp.700. ribu, sementara Asdar hanya mempunyai uang saat itu Rp 600.000.
Menurut Asdar, sudah mengibah agar pihak Rumah sakit bisa dengan uang sebesar itu, akan tetapi pihak Rumah sakit tetap pada pendiriannya dan tidak mau bergeser dari target tersebut.
Asdar pun pasrah, karena sudah larut malam (Sabtu malam 29/1/2022 sekira pukul 22.00 ) dengan hati merintih bercampur galau, akhirnya pasrah dengan kondisi itu, ia memutuskan membonceng jenasah anaknya menuju Kabupaten Sinjai sekira 80 km dari Rumah Sakit tersebut.
Asdar yang buruh bangunan hanya karena tidak mampu memenuhi permintaan Rumah sakit dan tidak mampu menambah uang Rp. 100 ribu seperti yang diminta pihak rumah sakit, harus membonceng jenasah anak di malam hari dengan segala resiko yang ada
Asdar tiba di kediamannya setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan selama kurang lebih 90 menit dan disambut isak tangis sang keluarga.
Kejadian tersebut viral dimana mana dan menjadi konsumsi dan sorotan publik.
Banyak komentar bahwa ” uang lebih tinggi nilainya ketimbang nilai kemanusiaan itu sendiri”.
Respon Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Suleman lebih cepat ketimbang pihat RSUD Pancaitana.
Saat saat Viral diberbagai media khususnya media online dan media sosial lainnya, Andi Sudirman Suleman langsung memerintahkan anggotanya untuk mendatangi rumah Asdar di Sinjai, sekaligus melakukan permintaan maaf atas kejadian tersebut.
Sementara pihak RSUD Pancaitana dimana bayi Asdar menghembuskan nafas terakhirnya, dinilai lambat melakukan seperti yang dilakukan Plt Gubernur Sulsel.
Direktur RSUD Pancaitana, drg. Syasidar usai dihering Komisi IV DPRD Bone, Rabu (2/2/2022) kepada wartawan, menyebutkan, pihaknya sudah mengutus tiga stafnya menemui orang tua bayi yang meninggal di RSUD Pancaitana ke Sinjai sekaligus minta maaf.
Dia menjelaskan, sebenarnya kejadian tersebut semestinya tidak terjadi seandainya ada penyampaian kepada pihak manajemen yang bisa memberikan kebijakan.
” Ada komunikasi yang tidak tersampaikan, semestinya staf Rumah sakit pancaitana yang ada saat kejadian itu menyampaikan pada kami, tentu tidak seperti ini, pihak manajemen RSUD Pancaitana punya kebijakan,” tuturnya.
Lanjut ia katakan, pihak RSUD Pancaitana minta maaf yang sebesar besarnya atas kejadian tersebut khususnya pada keluarga di. Sinjai atas kejadian tersebut, semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi,” tutupnya.
Penggiat Sosial menyoroti kejadian tersebut, seperti Agus dan Alling. Mereka meliat kejadian tersebut sebagai tragedi, dimana nilai materi khususnya rupiah lebih tinggi dari nilai kemanusiaan itu sendiri.
Kami juga tidak menyalahkan si Sopir Ambulance, karena dia melakukan seperti itu tentu ada dasar dan aturan yang dibuat oleh manajemen RSUD Pancaitana, karena tidak mungkin Sopir mau bertindak menentukan besar sewa Ambulance kalau tidak patokan dari manajemen.
Mungkin aturan dari manajemen yang kaku, sehingga stafnya tidak berani membuat kebijakan kebijakan yang sangat urgent seperti kejadian yang viral seantero, bukan hanya di Bone, Sulsel, Indonesia bahkan dunia.
Kami minta Bupati Bone untuk melakukan evaluasi dan memberikan warning terhadap semua Rumah Sakit, baik milik pemerintah maupun swasta termasuk puskesmas akar kejadian seperti ini tidak terulang lagi, karena kejadian tersebut nama besar Bone tercoreng, hanya karena ulah oknum. (aba)
Komentar